Sifat Fisik Tanah di Lahan Pasang Surut Desa Telang Sari (P-17) Delta Telang II Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan

Oleh Astuti (Skripsi, Universitas Sriwijaya, 2003) dibimbing oleh Robiyanto Hendro Susanto dan Syamsul B. Alwie.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa sifat fisik tanah serta hubungannya dengan tingkat kekerasan tanah pada lahan pasang surut yang bermanfaat dalam meningkatkan produktivitas lahan dan produksi hasil pertanian daerah setempat. Penelitian dilakukan di Desa Telang Sari (P-17) Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Sumatera Selatan.

Berdasarkan hasil analisis warna tanah di lapangan dengan menggunakan Munsell Soil Color Chart, di dapat warna tanah pada semua titik pengamatan, baik untuk blok sekunder A, B, C maupun D rata-rata memiliki warna tanah dari coklat sampai coklat sangat gelap keabu-abuan. Warna coklat pada tanah tersebut menunjukkan bahwa masih adanya kandungan bahan organik pada lahan tersebut walaupun sedikit, sedangkan warna abu-abu menunjukkan bahwa tanah tersebut tergenang, hal ini menunjukkan bahwa sistem reklamasi pada desa tersebut belum berfungsi dengan baik. Pada titik A3L1 berwarna coklat gelap kekuningan, warna kuning menunjukkan adanya reaksi oksidasi besi pada tanah tersebut.

Tekstur tanah pada daerah pengamatan didominasi oleh tekstur lempung, hanya beberapa titik yang memiliki tekstur lempung berdebu, lempung berpasir dan liat. Tekstur liat pada titik pengamatan terletak pada lapisan kedua, yaitu pada titik B1, B2, B3, B6, C1 dan D3, hanya pada titik A3 lapisan pertama yang bertekstur liat.

Tekstur lempung merupakan peralihan tekstur pasir dan liat, tekstur lempung dianggap sebagai tekstur tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan produksi pertanian, karena kapasitas tanah ini memegang air dan unsur hara lebih baik dibandingkan tanah tekstur pasir, sedangkan drainase, aerasi dan sifat-sifat tanah olahnya lebih baik dibandingkan tanah bertekstur liat.

Nilai bobot isi untuk lapisan pertama pada umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan bobot isi pada lapisan kedua. Nilai ruang pori tanah sebaliknya, lapisan kedua nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai ruang pori total tanah lapisan pertama. Hal ini karena bobot isi berbanding terbalik dengan nilai ruang pori total tanah. Persen nilai ruang pori total tanah terbesar 86,98 % pada titik A6L1 dan terendah 54,15 pada titik A1L1.

Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk menahan air. Hasil analisis laboratorium, nilai permeabilitas pada semua titik pengamatan blok sekunder A, B, C dan D sangat beragam dari lambat sampai sangat cepat. Titik B2L2 yang memiliki nilai ruang pori total tanahnya 74,76 %. Tanah yang memiliki persen ruang pori total yang tinggi diatas 75 % seharusnya nilai permeabilitas tinggi, namun jika kandungan porinya didominasi oleh pori mikro maka nilai permeabilitasnya rendah karena kemampuan pori mikro untuk melewatkan air sangat kecil jika dibandingkan dengan pori makro.

Penetrasi erat hubungannya dengan kemampuan tanah untuk dilalui atau ditembus oleh suatu benda, baik melalui tekanan atau pukulan. Hasil pengukuran penetrasi dilapangan dengan menggunakan alat penetrometer terlihat bahwa semakin ke lapisan bawah tanah semakin keras. Ini dilihat dari daya tembus penetro meter persepuluh sentimeter dalam beberapa kali pukulan alat tersebut menembus langsung ke lapisan kedua. Semakin keras tanah maka semakin banyak pukulan yang diberikan ke tanah dengan beban konstan seberat 2,5 kg. Kerasnya tanah disebabkan akibat penggunaan mesin traktor maupun tenaga hewan dalam hal pengolahan tanah pada awal musim tanam. Dengan semakin tingginya pemadatan yang terjadi tanah di bawah lapisan olah mengakibatkan nilai kerapatan tanah semakin tinggi pula tapi jumlah ruang pori total tanah menurun.

By | 2012-03-29T14:27:26+00:00 January 18th, 2010|Skripsi|0 Comments

About the Author:

Leave A Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.