Kondisi Lahan dan Jaringan Tata Air Mikro di Lahan Pasang Surut Desa Sumber Rejeki (Primer 9) Karang Agung Hilir dan Desa Tirta Mulya (Primer 2) Delta Upang Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan

Oleh Merza Agmalinda (Skripsi, Universitas Sriwijaya, 2002) dibimbing oleh Robiyanto Hendro Susanto dan M. Idris Naning.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui dan mempelajari kondisi lahan dan jaringan tata air pada daerah reklamasi rawa pasang surut, membandingkan sistem jaringan, serta memberi saran dan masukan untuk operasi dan pemeliharaan (OP).

Penelitian dilakukan di Desa Sumber Rejeki Primer 9 Karang Agung Hilir dan Desa Tirta Mulya Primer 2 Delta Upang Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober-Desember 2001.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yang meliputi tahapan kegiatan di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Kegiatan yang dilakukan di lapangan adalah melakukan pengukuran dimensi saluran (panjang, lebar dan dalam saluran sekunder dan saluran tersier), pengambilan contoh tanah untuk menentukan sifat fisik tanah (tekstur tanah, warna tanah, bobot isi, ruang pori total, permeabilitias tanah, pH tanah dan kedalaman pirit) dan pengumpulan data curah hujan dan pasang surut.

Nilai curah hujan bulanan pada musim hujan mencapai 200-350 mm per bulan dan jumlah hari hujan berkisar antara 15-22 hari per bulan (Oktober – April). Sedangkan pada musim kemarau curah hujan bulanan rendah, yaitu <200 mm per bulan dengan jumlah hari hujan berkisar antara 8-14 hari per bulan (bulan Mei-September). Data pasang (waktu dan jumlah) berlaku di daerah muara Sungai Musi (Tanjung Buyut), namun untuk daerah atau lokasi yang lebih jauh memerlukan penyesuaian dalam arti waktu pasang akan mundur beberapa jam dan fluktuasi pasang berkurang tergantung jarak dari muara.

Berdasarkan keadaan hidrotopografinya, Desa Sumber Rejeki (Primer 9) termasuk dalam kategori II/III dengan tipe luapan air tipe B/C. Daerah ini dipengaruhi atau dapat terluapi oleh pasang besar, tetapi pada pasang kecil daerah ini tidak dapat terluapi, terutama pada saat musim kemaru. Sedangkan di Desa Tirta Mulya (Primer 2) didominasi oleh lahan dengan hidrotopografi termasuk dalam kategori II atau tipe luapan air B. Lahan pasang surut di lokasi ini hanya terluapi oleh pasang besar saja (tergenang secara periodik pada pasang besar, permukaan tanah berada di atas muka air pasang terendah tetapi di bawah muka air pasang tertinggi).

Kondisi fisik daerah penelitian di Desa Sumber Rejeki menunjukkan bahwa dari permukaan tanah sampai kedalaman 14 cm, permeabilitas tanah agak lambat sampai sedang dengan tekstur tanah lempung sampai liat. Pirit berada pada kedalaman 40 cm dibawah lapisan tanah dengan pH tanah 3 – 4 atau sangat masam sampai masam. Hasil pengamatan di Desa Tirta Mulya menunjukkan bahwa dari permukaan tanah sampai kedalaman 14 cm, permeabilitas tanah sedang sampai lambat, dengan tekstur tanah lempung berpasir sampai lempung berliat. Pirit berada pada kedalaman 40 cm di bawah permukaan tanah, dengan pH tanah 4 – 4,5 atau masam.

Reklamasi daerah pasang surut di Karang Agung Hlir dimulai dengan pembuatan saluran navigasi yang menghubungkan dua sungai, yaitu Sungai Lalan dan Sungai Bungin. Selanjutnya dibuat saluran primer yang berada tegak lurus saluran navigasi. Sedangkan reklamasi rawa pasang surut Delta Upang dimulai dengan pembuatan saluran primer yang menghubungkan dua buah sungai, yaitu Sungai Musi dan Sungai Upang. Saluran primer di wilayah ini disebut juga saluran navigasi, karena saluran primer tidak memiliki pintu-pintu air seperti saluran primer yang ada di Karang Agung Hilir.

Desa Sumber Rejeki memiliki bentuk jaringan tata air berupa sisir tunggal, dimana penamaan dimulai navigasi, primer, sekunder, serta tersier. Bentuk jaringan tata air di Desa Tirta Mulya berupa sistem kombinasi garpu dan sisir, dimana penamaannya mulai dari saluran primer, sub primer, sekunder, kolektor, suplai, drainase dan tersier.

Perbaikan, pemasangan, pemeliharaan dan pemanfaatan pintu-pintu air pada saluran yang ada, serta penebasan dan pembersihan rumput-rumput di saluran. Hal ini sangat mendukung kelancaran pengelolaan air.

Saluran primer, saluran sekunder dan saluran drainase di dua lokasi penelitian ini memerlukan pembersihan rumput, baik di pinggir maupun di dasar saluran. Hal ini bertujuan untuk memperlancar keluar masuknya air pada saat air pasang, maupun air surut. Keberadaan air di saluran tersier akan mempengaruhi keberadaan air tanah di lahan-lahan sekitarnya. Saluran kuarter belum banyak dijumpai di lahan usaha tani Desa Tirta Mulya, maupun Lahan Usaha II di Desa Sumber Rejeki.

Perbaikan serta pemeliharaan jaringan di lahan usaha tani pada dua lokasi penelitian ini untuk memperlancar pengeluaran air yang tergenang di lahan usaha tani, mempercepat proses pembilasan hasil oksidasi (kemasaman tanah) sehingga dapat menghindari bahaya pirit, penahanan air di petakan dan atau di saluran, mengendalikan pembuangan air, serta untuk mengendalikan penurunan muka air tanah agar tetap berada di atas lapisan pirit.

Untuk mendukung usaha operasi dan pemeliharaan jaringan reklamasi, diperlukan kesadaran petani akan arti pentingnya saluran-saluran yang ada di lahan usaha tani mereka. Hal ini akan mempengaruhi pola tanam yang akan diusahakan baik pada musim hujan maupun kemarau, air pasang maupun air surut, sehingga pemanfaatan lahan usaha tani akan lebih maksimal.

By | 2012-03-29T14:25:52+00:00 January 18th, 2010|Skripsi|0 Comments

About the Author:

Leave A Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.